Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung

Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung
Table of contents

    Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung

     

    Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung - Ketika sang Kancil sedang bercengkrama dengan kawanan semut. Dia meloncat di sepanjang parit kecil yang dialiri air.

    Hola amigo senkeit, bagaimana kabar kalian? semoga selalu dalam keadaan sehat dan selalu bahagia, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung.

    Kancil dalam beberapa dongeng kerap digambarkan sebagai tokoh yang cerdas dan licik. Bila ingin cerita kancil versi bijaksana, maka dongeng sang kancil dan cicak badung inilah yang mungkin bisa dijadikan pilihan.

    Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung

    Pada suatu hari, di sebuah hutan, kancil dan sekawanan semut sedang bermain bersama. Kancil melompat kegirangan ke sana ke mari. Sementara para semut bercanda tawa. Sesekali mereka bernyanyi bersama.

    Beberapa semut sedang berjalan menyusuri parit. lalu, mereka melihat ada pohon apel yang telah berbuah. Apel-apelnya tampak sudah masak dan lezat. Mereka pun memanggil sang Kancil, "cill, ada pohon apel yang sudah berbuah, cepat kamu petih. kami akan menyantapnya."

    Maka dengan gesit Sang Kancil melompat dan menyundul apel-apel itu hingga berjatuhan. Para semut berbondong-bondong memunguti apel yang berjatuhan dan mengumpulkannya ke tepian.

    Saat sudah terkumpul banyak, mereka bersama-sama membawanya ke tempat yang nyaman untuk berisitirahat. Mereka lalu berteduh di bawah sebuah pohon yang lebat. Dengan sangat lahap mereka menyantap apel.

    "Hmmm, sudah lama aku memakan apel yang masih segar. Rasanya sungguh nikmat, benar kan Cil ?" tanya salah satu semut.

    "Iya sangat nikmat, Aku sangat menyukainya, ada banyak pula apel yang kita punya. Bisa untuk makanan kita besok hari," jawab kancil

    Namun saat mereka sedang menikmati makanan, tiba-tiba saja ada seekor binatang melata yang merayap dengan cepat ke arah buah apel. "Happp!" dengan caepat ia mengambil beberapa buah apel dengan mulutnya lalu ia kabur begitu saja.

    Salah satu semut yang mengetahuinya langsung berteriak "Kawan! lihatlah apel kita diambil oleh cicak!" lalu, semut-semut lain pun berteriak "ada pencuri-pencuri".

    Kancil yang sedang enak-enak berjemur sembari makan apel pun terkejut. Lalu ia bertanya pada para semut. "Apa yang terjadi? kenapa kalian berteriak?"

    "Apel-apel kita diambil oleh cicak badung, Cil! enak saja dia mengambilnya padahal kita sudah berusaha memetiknya. Huhu!" ucap salah satu semut yang menyaksikan aksi pencurian si Cicak.

    "Tenang teman-teman! aku akan memikirkan cara untuk membuat cicak badung itu jera. Kalian tak perlu bersedih ya!" ujar kancil yang bijak.

    Keesokan harinya, dia menceritakan pada teman-temannya tentang rencana untuk membuat jerak si cicak. "jadi begini teman-teman, bagaimana kalau kita mengganti apel-apel itu dengan cabai merah yang segar? lalu, cicak itu akan kapok mencuri makanan kita lagi," bisiknya pada para semut.

    Mendengar rencana tersebut, para semut pun tertawa kegirangan. mereka setuju dan yakin rencana tersebut bakal berhasil, setelah itu mereka pun mencari pohon cabai yang tumbuh di sekitar hutan.

    Saat menemukannya, mereka memetik cabai yang sudah merah dan besar. Selama perjalanan menuju ke tempat istirahat, mereka tertawa terbahak-bahak mengingat rencana yang akan dilakukan.

    "Aku sudah tidak sabat ingin melihat Cicak Badung kepedasan saat menyantap cabai ini" ucap salah satu semut.

    "Sama, aku juga sudah tidak sabat. Semoga saja ia kapok mencuri makanan kita" sambung semut yang lain.

    Sesampainya pada tempat istirahat, terlihat Sang Kancil yang sedang menjaga makanan mereka "Cil, lihatlah, kami membawa cabai yang sangat merah dan nampak segar." ucap salah satu semut. mereka lalu memotong-motong cabai menjadi bagian-bagian kecil.

    Potongan cabai itu sengaja diletakkan di pinggir dan tidak diawasi oleh para semut. Mereka tertawa riang, bergandengan tangan, dan menari-nari, sesekali mereka bernyanyi dan melirik ke arah cabai.

    "Buah merah, buah merah, emak sekali. Jangan lupa kawan yang paling manis ditaruh di pinggir, buat dimakan nanti." ucap para semut.

    Saat para semut asik berpesta, cicak kembali datang dan langsung mengambil buah-buahan merah dengan mulutnya. Lalu ia kabur dan bersembunyi. Menyadari hal tersebut, para semut langsung tertawa terbahak-bahak. Saat membawa kabur buah merah itu, cicak mendengar gelak tawa para semut.

    "kenapa mereka malah tertawa? kemarin saja mereka sedih saat aku mengambil apel mereka. Kenapa sekarang terlihat bahagia?" ucap cicak dalam hati

    Tidak ingin pikir panjang, ia lalu memakan seluruh buah merah yang dambilnya, karena kekenyangan ia lalu tertidur pulas. Tampaknya cicak tidak merasa kepedasan setelah melahap habis cabai-cabai itu.

    Saat terbangun dari tidurnya, cicak kembali bertanya-tanya perihal para semut yang justru tertawa saat makanan mereka diambil. Saking penasarannya, ia pun kembali ke tempat istirahat para semut.

    Setibanya di sana, ia melihat para semut sedang mengobrol dengan Sang Kancil. Ia pun mengendap-endap bersembunyi di balik batu dekat mereka. Karena penasaran, ia menguping percakapan mereka.

    "Sepertinya rencana kita berhasil. Cicak pasti sekarang sedang merasakan pedasnya cabai segar yang kita petik, " ujar salah satu semut.

    "Iya, biar dia tahu rasa. Makanya jangan suka mencuri apa yang jadi milik orang lain. Sekarang, ia kena batunya, " jawab salah satu semut yang kesal karena sikap cicak.

    Sang Kancil lalu menyela percakapan para semut, "Teman-teman, aku mau mengatakan sesuatu. Sebenarnya, cabainya tadi telah kuganti dengan potongan buah apel."

    "Jadi, tadi si Cicak tak mengambil cabai? percuma dong! kita gagal memberi pelajaran pada si Cicak. Esok pasti dia akan mengambil makanan kita lagi," ucap salah satu semut mewakili teman-temannya. Mereka merasa kecewa dengan sikap Sang Kancil.

    "Bukan tanpa alasan teman-teman, aku melakukannya karena kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri itu akan curiga dan meneliti buah-buah yang kan dicurinya. Saat tahu buah itu ternyata cabai, ia tak akan memakannya dan akan kembali esok untuk mengambil buah yang lain. Jadi, aku menggantinya dengan buah apel yang banyak. Biarkan saja dia kekenyangan agar tidak mengganggu kita." ungkap si hewan cerdas ini dengan bijak.

    Para semut saling berpandang-pandangan, mereka mengakui bahwa tak sanggup menahan tawa. Mereka memang tak bisa berpura-pura. Selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata adalah sikap mereka.

    "Nanti aku akan menghampiri cicak yang bandel itu. Kan kubawakannya sekeranjang apel. Selain itu, aku juga kan memberinya nasihat agar tak mencuri makanan-makanan kita lagi." ujar si Kancil.

    Dari balik batu, cicak yang sedari tadi bersembunyi mendengar seluruh percakapan antara para semut dan Sang kancil. Ia merasa terharu dengan sikap bijak mereka. Rasa bersalah pun muncul dari dasar hatinya.

    Pada suatu sore yang indah, Kancil menemui ciak dan membawa sekeranjang apel. "Kawanku, ini kuberikan padamu apel hasil kami berburu. janganlah sesekali kamu mencuri lagi. " ucap sang kancil.

    Cicak pun mengangis dan meminta maaf. "Maafkan aku, Cil. Aku takkan mencuri makanan-makananmu lagi," ucapnya dengan isak tangis. Lalu, Cicak turut bergabung dengan para semut dan Sang Kancil. Setiap hari, mereka mencari makanan bersama. Mereka pun berteman dengan sikap baik.

    Baca juga artikel lainnya : Ketahui 1 hal Apa jenis cerita Fiksi teks berjudul Si Pitung

    Demikian pembahasan pada artikel Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung , semoga bermanfaat.

    Salam

    Penulis

    Related Post

    Di situs web ini kami menggunakan Cookie. Informasi Lebih Lanjut tentang Cookie.